Penyakit Kencing Manis (Diabetes Melitus)
Dr. Indra Wijaya, Sp.PD, M.Kes, FINASIM
Pendahuluan
Penyakit Kencing Manis atau Diabetes Melitus merupakan suatu kondisi gula darah tinggi karena berbagai penyebab. Pada tahun 2015, terdapat 415 juta orang yang terkena diabetes dan diprediksi akan meningkat menjadi 642 juta orang pada tahun 2040, saat ini Indonesia menempati urutan ketujuh dari seluruh pengidap diabetes yaitu sekitar 10 juta penduduk.
Tingginya jumlah pengidap Diabetes, menyebabkan tingginya juga angka komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, luka kaki sampai amputasi, gangguan saraf mata, dan gagal ginjal. Komplikasi ini merupakan kondisi yang dapat memperpanjang waktu perawatan dan memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga lebih baik mencegah daripada mengobati.
Kapan seseorang disebut sebagai pengidap Diabetes?
Seseorang dikatakan mengidap diabetes jika memenuhi salah satu kriteria dibawah ini: 1. Gejala klasik + gula darah puasa ≥ 126 mg/dL.
- Gula darah 2 jam setelah makan pada tes TTGO ≥ 200 mg/dL.
- Gejala klasik + glukosa darah sewaktu >200 mg/dL.
- HbA1c ≥ 6.5% pada lab terstandar.
Gejala klasik Diabetes yang dimaksud adalah sering lapar, sering haus, dan sering kencing. Gejala lain yang harus diperhatikan adalah baal/kesemutan pada jari tangan/kaki dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Tipe Diabetes Melitus
Penyakit Kencing Manis dibagi menjadi 4 tipe, yaitu: tipe 1, tipe 2, pada kehamilan, dan tipe lain (misalnya karena obat). Diklasifikasikan menjadi 4 tipe karena berbeda secara penyebab, perjalanan penyakitnya (komplikasi), dan terapinya.
Penyebab Penyakit Kencing Manis
Terjadinya diabetes melitus disebabkan karena kerusakan sel-b pankreas, gangguan reseptor insulin, faktor genetik, dan lingkungan, dan ada beberapa kondisi lainnya. Beberapa penyebabnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar Penyebab Diabetes Melitus tipe 2 (DeFronzo, 2009)
Komplikasi
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan, kondisi gula tinggi yang tidak terkontrol secara berkepanjangan akan mengakibatkan berbagai macam komplikasi baik akut maupun kronik. Komplikasi akut merupakan kondisi gawat darurat yang harus segera ditangani, sehingga penegakkan diagnosis harus bisa dilakukan secara cepat dan tepat. Komplikasi yang seringkali ditakutkan masyarakat pada umumnya adalah komplikasi kronik, yang dibagi menjadi tiga, yaitu; makrovaskular, mikrovaskular, dan neuropati. Komplikasi makrovaskular meliputi stroke atau cerebrovascular disease (CVD), penyakit jantung koroner, dan masalah kaki atau peripheral arterial disease (PAD). Komplikasi mikrovaskular meliputi: kerusakan retina mata (sampai kebutaan) dan gagal ginjal. Komplikasi neuropati meliputi: baal, kesemutan, dan disfungsi ereksi sampai impotensi menjadi komplikasi yang menakutkan di kalangan pria.
Pencegahan Komplikasi
Pencegahan komplikasi merupakan hal yang harus dimonitor oleh dokter dan pasien, Rutin kontrol dengan dokter, mendapat penjelasan yang tepat mengenai penyakit-terapi-pola makan, dan obat yang tepat merupakan kunci dari pencegahan komplikasi akibat kencing manis.
Terapi Diabetes Melitus Tipe 2
DM tipe 2 merupakan penyakit progresif dengan komplikasi akut maupun kronik. Dengan pengelolaan yang baik, angka morbiditas dan mortalitas dapat diturunkan. Berikut merupakan 5 pilar penatalaksanaan DM tipe 2, yaitu:
- Edukasi
- Terapi nutrisi / pola diet
- Olahraga
- Pengobatan: tablet / insulin
- Pemantauan
Kriteria Pengendalian DM
Untuk dapat mencegah komplikasi kronik, diperlukan pengendalian beberapa parameter yang baik, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel. Kriteria Keberhasilan Pengendalian DM
Parameter |
Resiko Jantung (-) |
Resiko Jantung (+) |
Indeks Massa Tubuh (kg/m2) |
18,5 – < 23 |
18,5 – < 23 |
Tekanan darah sistolik (mmHg) |
< 130 |
< 130 |
Tekanan darah diastolik (mmHg) |
< 80 |
< 80 |
Glukosa darah puasa (mg/dL) |
< 100 |
< 100 |
Glukosa darah 2 jam PP (mg/dL) |
< 140 |
< 140 |
HbA1c (%) |
< 7 |
< 7 |
Kolesterol LDL (mg/dL) |
< 100 |
< 70 |
Kolesterol HDL (mg/dL) |
Pria > 40 Wanita > 50 |
Pria > 40 Wanita > 50 |
Trigliserida (mg/dL) |
< 150 |
< 150 |
Untuk pasien berumur lebih dari 60 tahun dengan komplikasi, sasaran kendali glukosa darah dapat lebih tinggi (100-125 mg/dL, dan sesudah makan 145-180 mg/dL) dan kadar HbA1c lebih longgar. Demikian pula dengan kadar kolesterol, tekanan darah, dan lainnya sesuai kondisi masing-masing pasien usia lanjut.